Ekspor Sarang Burung Walet asal Sumut Diyakini Terus Meningkat
Jumat, 13 Sep 2019 06:02 WIB • Dilihat 3,064 kali • https://mdn.biz.id/o/86394/

Medanbisnisdaily.com-Medan. Ekspor sarang burung walet asal Sumatra Utara (Sumut) diyakini terus meningkat kedepannya. Hal ini didukung dengan banyaknya daerah di Sumut yang menjadi sentra penghasil sarang burung walet serta tingginya permintaan dari Tiongkok.
Pelaku usaha sarang burung walet, Yogi Pramadani, mengatakan, pada tahun 2018, ekspor sarang burung walet asal Sumut tercatat sebanyak 20,86 ton, meningkat dari tahun 2017 yang sebesar 13,7 ton. Sedangkan secara nasional, ekspor sarang burung walet pada tahun 2018 sebesar 52 ton atau meningkat dari tahun 2017 yang sebesar 23 ton.
CEO Raflesia Grup ini meyakini jika potensi Sumut untuk meningkatkan ekspor sarang burung walet masih terbuka lebar, didukung dengan daerah-daerah penghasil sarang burung walet yang cukup banyak di Sumut. "Di antaranya Kota Medan, Tebingtinggi, Kabupaten Deli Serdang dan kawasan Cikampak Kabupaten Labuhanbatu yang merupakan sebagian kecil sentra penghasil sarang burung walet di Sumut," jelas Yogi dalam keterangannya, Kamis (12/9/2019) malam.
Keyakinan dirinya itu juga berdasarkan data yang disampaikan Kepala Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian (Barantan Kementan), Ir Ali Jamil Harahap dan Kepala Balai Karantina Pertanian (BKP) Kelas II Medan, Hafni Zahara, beberapa waktu lalu, yang mengatakan bahwa berdasarkan data tahun 2018, Sumut berada di posisi pertama dari lima pintu pengeluaran untuk ekspor sarang burung walet ke Tiongkok.
Dijelaskannya, lima pintu pengeluaran tersebut adalah Bandara Internasional Kuala Namu (20,86 ton), Soekarno-Hatta (15,96 ton), Juanda Surabaya (14,87 ton), Ahmad Yani Semarang (14,79 ton) dan Supadio Pontianak (18 kilogram). Karena itu, diharapkan untuk tahun ini, ekspor tersebut dapat meningkat 100%.
Yogi mengatakan, agar ekspor itu dapat terus meningkat, khususnya ke Tiongkok, maka pengusaha sarang burung walet perlu memperhatikan tiga hal, yakni ketelusuran (traceability), bersih terhadap kandungan nitrit dan sudah melalui pemrosesan.
"Tempat pemrosesan harus ditetapkan sebagai Instalasi Karantina Hewan dan mendapatkan nomor registrasi. Begitu juga dengan rumah walet yang menjadi sumber bahan baku sarang walet, harus teregistrasi," tuturnya.
Yogi mencontohkan PT Ori Ginalnest Indonesia yang telah puluhan tahun dikenal sebagai eksportir sarang burung walet. Bahkan saat ini telah dikenal sebagai eksportir terbesar di Sumut. Perusahaan yang telah terdaftar pada Ditjen Perdagangan Luar Negeri itu melakukan pengolahan proses produksi pembersihan sarang burung walet yang menyerap ribuan tenaga kerja, dan telah lulus uji Instalasi Karantina Hewan.
Menurutnya, atas kerja kerasnya dalam menjaga kualitas sarang burung walet tersebut, perusahaan yang berkantor di Jalan Willem Iskandar ini telah mendapat banyak penghargaan, baik dari dalam maupun luar negeri.
Seperti The Best Exporter 2018 BCRC-China Government", The Best Exporter 2018 CAWA (China Africulture Wholesale Market Association)-China Association, Eksportir Terbaik 2018 dari Ditjen Bea dan Cukai Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Tipe Madya Pabean B Kualanamu, Penghargaan Perusahaan Pembayar Pajak 2018 dari Ditjen Pajak Kementerian Keuangan RI, Pengguna Jasa Terbaik 2019 dari Kementerian Pertanian, dalam hal ini Kepala Barantan melalui Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan, dan masih banyak lagi.
"Saat ini, perusahaan eksportir sarang burung walet terbesar asal Sumatra Utara ini sedang mengikuti Primaniyarta Export Award 2019 yang diselenggarakan pihak Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Semoga bisa kembali menuai prestasi lagi," ujar Yogi.
Yogi melihat, jika para eksportir menerapkan standar yang ketat dalam menjaga kualitas, maka permintaan sarang burung walet asal Indonesia, khususnya Sumut akan tetap tinggi dan terus meningkat. Sehingga predikat Indonesia sebagai negara eksportir sarang burung walet terbesar, dapat dipertahankan.